NIRWANA || Kakek Tua dan Pejalan Kaki


Hari ini, aku ada sedikit urusan yang harus kuselesaikan demi Nirwana..

          #Berangkat penuh semangat..


Ceritaku dimulai dari Miniarta M.06 Kp.Rambutan - Bogor.. (Saat itu) 

Pagi itu tampak cerah. Tanpa sempat terlintas kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya, apa dan bagaimana. Berangkat dari Kosan yang berlokasi di Nanggewer Cibinong, aku memperhatikan jalan yang begitu ramai dengan lalu lalang kendaraan yang silih bergantian. Kuhadapkan badan, berharap akan segera datang Miniarta yang menghampiri. (*Berharap* ya.. manusia senang sekali dengan yang namanya pengharapan.. wkwkwk

Nyatanya tidak. Tampak sepi.. hanya angkot D.08 hijau dan biru yang melintas. Sebenarmya bisa saja aku menaiki angkot. Namun, akan membuang waktu dan ongkos pastinya. Agak ribet juga sih, harus naik turun angkot nantinya. Naik 08 lalu turun, kemudian lanjut 41, lalu lanjut angkot lagi, Ahh.. kan kutunggu Miniarta saja. Memang benar.. Menunggu itu membosankan. Ku buka tutup layar ponsel yang ku genggam. Sambil melihat waktu, menghitung berapa lama aku menunggu tanpa kepastian. Eaaaakkkkk Miniarta sih pasti dateng ko.. begitu pun juga dengan Jodoh heheeee sabar aja lah yaaaa


Tiba-lah Miniarta yang kunantikan. Girang dong.. “huft akhirnya..”

Begitu naik,

Hanya ada satu bangku yang kosong.. itu pun ada di depan. Karna aku naik dari pintu belakang. Seolah semesta mendukung agar aku duduk disamping kakek tua itu. Ia mengenakan baju kaos merah pendek yang agak lusuh dan celana bahan hitam, ditambah jam tangan di lengan kirinya. Ini tampak gagah menurutku. Seperti anak muda pada umumnya Heheee.. Melihatnya sekilas, mengingatkanku pada Pak Wahyu..

Aku bertemu dengan beliau tepatnya di pangkalan D.08, dekat Pasar Pucung, Kampung Sawah. Saat itu, aku pulang Sekolah hampir menjelang Maghrib. Aku lupa, kenapa aku bisa pulang hingga langit menguning beranjak jingga, pertanda senja tiba.

Pak Wahyu grecek. Banyak omong. Membuatku betah berlama-lama untuk menunggu. Menunggu angkot untuk penuh hahaaa.. (tapi faktanya gak penuh-penuh hufffttt).

Semua sopir angkot D.08 mengenalinya. Entahlah apa yang membuat beliau ini dikenal. Mungkin ciri khasnya, mungkin gaya bicaranya, atau mungkin memang kehadirannya yang memang sering di pangkalan angkot D.08. entahlah.. tak ada yang menjelaskannya lebih detail.

Duduk dengan gaya santainya, sambil menyeruput segelas kopi yang sudah disuguhksn tepat didepannya dengan penuh kenikmatan. Itu yang kulihat sepintas. Tak kusangka dibalik kacamata yang ia pakai, ada kelebihan didalamnya. Kacamata hitam keren yang siapapun akan mengira bahwa kondisi mata Pak Wahyu baik-baik saja. namun tidak pada faktanya. Ternyata, beliau tidak dapat melihat. Beliau sendiri yang menceritakannya padaku saat itu.

Dibilang kagum? Aku sangat kagum. Sungguh!
Bagaimana tidak, dia penghafal Al-Qur’an ternyata (MasyaAllah). ”Modalnya, hanya sering mendengarkan saja namun rutin,” ujar beliau. Mendengarkan salah satu tetangganya yang merupakan guru mengaji sekaligus Guru Les Bahasa Inggris. Tanpa rasa malu, ia pun sering meluangkan waktu untuk turut serta belajar mengaji bersama anak-anak seusia SD, SMP.

Diusia nya yang paruh baya, beliau hafal Tenses juga. Ya akupun sedikit masih ngerti lah ya.. jadi saat itu juga aku tanpa sengaja mengetes Pak Wahyu hahaaaa.. bukan gak percaya, hanya saja butuh pembuktian heheee.. dan ternyata benar saja. ia pun paham, yang entah aku sendiri apakah masih bisa mengingatnya jika seumuran beliau.


           Satu kalimat yang paling melekat.. “Tiada batasan umur seseorang untuk belajar. dan tiada kata terlambat menuju perubahan baik untuk esok, lusa dan seterusnya.


            Aku lupa, beliau tinggal dimana, yang kuingat hanya Pondok Rajeg.


Lamunan ku buyar sekejap, saat tiba di Simpangan Depok. (hufffttt hampir sajaaa.. bablas). Aku harus melanjutkan langkah demi Nirwana. Tak lama Angkot sampai mengantarkanku ke tempat tujuan. Ku selesaiakan tahapan demi tahapan. Daaaaaaann ahhhh sial! Lagi-lagi aku ceroboh! Tidak mempersiapkannya lebih matang. Sama sekali gak kepikiran kalo biaya yang harus dikeluarkan ternyata ada kenaikkan. Sedangan saat itu, uangku pas tak tersisa untuk ongkos pulang ke rumah.


Perjalanan pulang menjadi pengalaman yang entah menyedihkan atau melelahkan atau menyenangkan. Bayangin aja, rasanya jalan kaki dari Polsek Depok sampai Cilodong gimana? Hahaaaaaa..


Kalian sendiri pernah gak guys? yang tadinya naik kendaraan, tiba-tiba tanpa diduga mengharuskan kalian jadi pejalan kaki?


Pingin ketawa ihh, asli dah!! uang habis, ponselku juga mati, dan sepanjang jalan sama sekali gak ketemu sama orang yang dikenal. Wkwkwkwkkkk emang dasar nih kaki udah terbiasa jalan kali yah, jadi cukup dianggap olahraga di siang bolong. Sebenernya sambil gerutu juga sih, kenapa dodol banget yak, dikira lebih, eh malah kurang hahaa konyol. Payah nih, akunting masa gak tepat perhitungannya.. balik lagi sih, namanya juga manusia ada aja ulahnya wkwkwk.. Kini, gue jadi Pejalan Kaki yang bener-bener ngandelin kaki tuk sampai tujuan berikutnya.


            Buat kalian semua Sob.. jika ingin bepergian, bawalah uang yang sekiranya lebih, bukan apa-apa, untuk antisipasi hal-hal yang tidak terpikir sama sekali. Jangan bawa uang nge-pas. (kaya gue) Ini sih self remainder bingits hehe.. eia, kenapa pulang ke Cilodong, karna memang Cilodong separuh aku guys wkwkwk.. canda deh, karna ada misi yang harus di tuntaskan. Dan setibanya di rumah, mamah hanya mengelus dada dan seperti ibu pada umumnya, pasti memberikan wejangan alias petuah.


So.. gak lagi-lagi deh pergi dengan uang nge-pas, rugi waktu, rugi tenaga juga hahaha

Semoga Bermanfaat :)
 

Oleh : Andini Putri Rinjani

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keep Moving My Dear🌻❤️

Tidung Island with Bocahkuy || Pantai

Kita Setara! Menjabat sebagai "Manusia"