NIRWANA || Kakek Tua dan Pejalan Kaki
“Hari ini, aku ada
sedikit urusan yang harus kuselesaikan demi Nirwana..”
#Berangkat penuh semangat..
Pagi itu tampak cerah. Tanpa sempat terlintas kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya, apa dan bagaimana. Berangkat dari Kosan yang berlokasi di Nanggewer Cibinong, aku memperhatikan jalan yang begitu ramai dengan lalu lalang kendaraan yang silih bergantian. Kuhadapkan badan, berharap akan segera datang Miniarta yang menghampiri. (*Berharap* ya.. manusia senang sekali dengan yang namanya pengharapan.. wkwkwk
Tiba-lah Miniarta yang kunantikan. Girang dong.. “huft akhirnya..”
Begitu naik,
Hanya ada satu bangku yang
kosong.. itu pun ada di depan. Karna aku naik dari pintu belakang. Seolah semesta mendukung agar aku duduk
disamping kakek tua itu. Ia mengenakan baju kaos merah pendek yang agak lusuh
dan celana bahan hitam, ditambah jam tangan di lengan kirinya. Ini tampak gagah
menurutku. Seperti anak muda pada umumnya Heheee.. Melihatnya sekilas,
mengingatkanku pada Pak Wahyu..
Duduk dengan gaya santainya, sambil menyeruput
segelas kopi yang sudah disuguhksn tepat didepannya dengan penuh kenikmatan.
Itu yang kulihat sepintas. Tak kusangka dibalik kacamata yang ia pakai, ada
kelebihan didalamnya. Kacamata hitam keren yang siapapun akan mengira bahwa
kondisi mata Pak Wahyu baik-baik saja. namun tidak pada faktanya. Ternyata,
beliau tidak dapat melihat. Beliau sendiri yang menceritakannya padaku saat
itu.
Dibilang kagum? Aku sangat kagum.
Sungguh!
Bagaimana tidak, dia penghafal Al-Qur’an ternyata (MasyaAllah).
”Modalnya, hanya sering mendengarkan
saja namun rutin,” ujar beliau. Mendengarkan salah satu tetangganya yang
merupakan guru mengaji sekaligus Guru Les Bahasa Inggris. Tanpa rasa malu, ia
pun sering meluangkan waktu untuk turut serta belajar mengaji bersama anak-anak
seusia SD, SMP.
Diusia nya yang paruh baya, beliau
hafal Tenses juga. Ya akupun sedikit masih ngerti lah ya.. jadi saat itu juga
aku tanpa sengaja mengetes Pak Wahyu hahaaaa.. bukan gak percaya, hanya saja
butuh pembuktian heheee.. dan ternyata benar saja. ia pun paham, yang entah aku sendiri apakah masih
bisa mengingatnya jika seumuran beliau.
Satu kalimat yang paling melekat.. “Tiada batasan umur seseorang untuk belajar.
dan tiada kata terlambat menuju perubahan baik untuk esok, lusa dan seterusnya.”
Aku lupa, beliau tinggal dimana,
yang kuingat hanya Pondok Rajeg.
Lamunan ku buyar sekejap, saat tiba
di Simpangan Depok. (hufffttt hampir sajaaa.. bablas). Aku harus melanjutkan
langkah demi Nirwana. Tak lama Angkot sampai mengantarkanku ke tempat tujuan.
Ku selesaiakan tahapan demi tahapan. Daaaaaaann ahhhh sial! Lagi-lagi aku ceroboh! Tidak mempersiapkannya lebih
matang. Sama sekali gak kepikiran kalo biaya yang harus dikeluarkan ternyata
ada kenaikkan. Sedangan saat itu, uangku pas tak tersisa untuk ongkos pulang ke
rumah.
Perjalanan pulang menjadi pengalaman
yang entah menyedihkan atau melelahkan atau menyenangkan. Bayangin aja, rasanya
jalan kaki dari Polsek Depok sampai Cilodong gimana? Hahaaaaaa..
Kalian sendiri pernah gak guys? yang tadinya naik
kendaraan, tiba-tiba tanpa diduga mengharuskan kalian jadi pejalan kaki?
Pingin ketawa
ihh, asli dah!! uang habis, ponselku juga mati, dan sepanjang jalan sama sekali
gak ketemu sama orang yang dikenal. Wkwkwkwkkkk emang dasar nih kaki udah
terbiasa jalan kali yah, jadi cukup dianggap olahraga di siang bolong.
Sebenernya sambil gerutu juga sih, kenapa dodol banget yak, dikira lebih, eh
malah kurang hahaa konyol. Payah nih, akunting masa gak tepat perhitungannya..
balik lagi sih, namanya juga manusia ada aja ulahnya wkwkwk.. Kini, gue jadi
Pejalan Kaki yang bener-bener ngandelin kaki tuk sampai tujuan berikutnya.
Buat kalian semua Sob.. jika ingin
bepergian, bawalah uang yang sekiranya
lebih, bukan apa-apa, untuk antisipasi hal-hal yang tidak terpikir sama
sekali. Jangan bawa uang nge-pas. (kaya gue) Ini sih self remainder bingits
hehe.. eia, kenapa pulang ke Cilodong, karna memang Cilodong separuh aku guys
wkwkwk.. canda deh, karna ada misi yang harus di tuntaskan. Dan setibanya di
rumah, mamah hanya mengelus dada dan seperti ibu pada umumnya, pasti memberikan
wejangan alias petuah.
So.. gak
lagi-lagi deh pergi dengan uang nge-pas, rugi waktu, rugi tenaga juga hahaha
Semoga
Bermanfaat :)
Oleh : Andini
Putri Rinjani
Komentar
Posting Komentar