Mt.Gede 2958mdpl - Ekspedisi Gunung Pertama
“Berbagi” entah
kenapa, gue seneng banget dengan satu kata ini. Karna menurut gue, berbagi itu
kata yang sifatnya Universal. Bisa dibilang, konteksnya itu luas. Nah, dengan
“berbagi” ada kepuasan tersendiri yang muncul. Entah itu berbagi pengalaman,
berbagi ilmu, berbagi rezeki, dan berbagi hati (ehhh kalau hati mah jangan
dibagi-bagi. Cukup satu pijakan pada satu hati #eaaakkk).
Waktu berputar sangat cepat. Tanpa kita bisa menebak karna
sudah ada Yang Berkehendak. Detik demi detik , hari demi hari dan gue gak
nyangka. Tenyata, dibalik sifat gue yang ala-ala anak perumahan gituh, alias
anak yang cenderung lebih suka diem dirumah, justru sekarang hobby kelayapan
wkwkwk.. dalam artian keluyuran ke tempat yang bermanfaat yah heheh..
“Travelling”.. sebelumnya, gue beranggapan bahwa yang namanya
travelling itu Cuma buang-buang waktu, dan buang-buang uang. Karna gini loh,
logikanya.. lo sendiri udah banting tulang, kerja shift-shiftan terus uangnya
abis gitu aja?
Tapi.. ada tapinya, sebelum lo terjun langsung, lo gaboleh
ngasih pendapat yang sembarangan hehe .. percaya ga percaya tapi fakta, gue
ketagihan. Entah apa yang merasuk. Di sini gue mau terima kasih banget sama sobat
gue yang cantik nan manis. Dia itu, patner kerja gue di salah satu Pabrik yang
bisa dibilang bonafit (Alhamdulillah).
Dia orang yang pertama kali, ngajakin gue “Mendaki”. Namanya
Melisa Cahyani . (Naik-naik ke puncak gunung. Tinggi-tinggi sekali). Itu lagu
sering banget gua nyanyiin (waktu kecil).. dan sekarang, gue beneran naik
gunung. Serasa Mimpi.. tapi Asli nagih.
Tanggal 16-18 April 2018 merupakan the best moment in my life.
Yang dimana, pertama kalinya, gue bukan seorang pendaki, tiba-tiba memutuskan
untuk mencoba mendaki. Gunung yang kita tuju saat itu adalah Gunung Gede,
letaknya masih di daerah Bogor. Masih terjangkau untuk kita yang statusnya kuli
pabrik hehe. Di tempat gue kerja itu ada 3 shift. Dan tanggal 16 april itu,
kami .. alias gue, Melisa, Asep, Ade, Ka Resil dan Amar kerja malem pulang pagi
jam set.8. dan langsung cuss prepare ke rumah Ade Arfia yang berlokasi di
Cibinong, Bogor. Pendakian berlangsung selama 3 hari 2 malam.
Saat itu, pendakian dilakukan malam hari, kisaran ba’da Isya.
Cuaca berkabut dan mulai turun rintik-rintik hujan. Tapi ga menyurutkan langkah
kaki kami pastinya. Jumlah kami menjadi 12 orang, setelah ditambah Bang Fahri, Bang
Chepot, Bang Eko, Deny, Okta, dan Bang Ilham.
Perjalanan Pos 1 ke Pos 2 alhamdulillah berjalan lancar.
Sesekali kami meneguk air secara bergantian tuk hilangkan dahaga. Madu dan
coki-coki menjadi andalan prima kami saat itu. Inget banget, waktu di
perjalanan, Bang Fahri nyabut wortel. Itu rasanya asli manis banget. Seger gitu,
langsung nyabut dari tanah. Padahal ada roti dalam logistik kami. Ahh.. jika
menurut kalian ini kurang baik, jangan ditiru ya.. hehe
Di sela-sela pendakian, terdengar jelas suara B*bi.. tapi
posisinya kita diatas, dan dia dibawah. Jadi tak perlu khawatir. Lalu kami
lanjutkan ekspedisi malam itu. Kami berjalan dengan pelan. Sungguh! Karna..
memang dominan pemula semua. Jadi, si Abang-abang ini mengimbangi kaki kami
yang masih terbilang leyeh-leyeh manjah wkwkwk.. bukan berarti pelan berhenti
ya.. alon-alon asal klakon.
Sebelum keberangkatan, gue sih nyempetin buat pemanasan.
Jogging, jalan jongkok, gue lakuin biar otot kaki gak tegang. Ehhh emang dasar kaki
gue lemah ya.. lutut gue tiba-tiba keram. Shit! Ah gila parah! Kaki gue yang
kanan nggak bisa gerak sama sekali. Disitu gue nahan nangis wkwkkk.. dari situ
gue mikir, sanggup nggak ya gue sampe puncak? Gue diem. Gue duduk.. dan dengan
sigap kaki gue langsung diurut sama Bang Fahri. Digulunglah celana gue sampe
lutut. Terus dipasang apa tuh namanya, kain.. kain yang warna coklat yang melar
itu.. ahh gue gatau namanya.. yang jelas gue pengen teriak waktu itu.
Pendakian terhenti selama 30 menit mungkin.
Disitu gue ngerasa bersalah banget! ASLI!!! “Ahh ko nyusahin
banget sih jadi orang?” gerutu gue dalem hati. Gara-gara gue, perjalanan jadi
kehambat. Tapi, mau gimana lagi? Akhirnya, daypack gue, ehh maksudnya daypack
nya Hadi, (gue mah pendaki gak modal wkwk jadi minjem) dibawain. Gue Cuma pegang
sebilah kayu pengganti tracking pole. Ahhhh mereka solidnya luar biasa! Sambil
tergopoh si bisa dibilang, gue fix melanjutkan perjalanan. Semangat gue masih
membara kok.
(terlalu payah, jika
dirimu memutuskan untuk menyerah).
Gak lama kita sampe di Pos 4.. sebenernya dikit lagi sampe Alun-alun
Surya Kencana. Tapi, karna badan kami yang memang lelah pulang pagi belum
tidur, terpaksa perjalanan dihentikan. Kita cuma pasang fly sheet doang. Dan
tiba-tiba hujan rintik turun lagi. Kita semua tidur. Berusaha menghangatkan
tubuh kami masing-masing dengan sleeping bag.
SUMPAH!! DINGIN BANGET!! Satu harapan kami, JANGAN SAMPE KENA
HIPO.. karna kabarnya, ketika simaksi awal pendakian, ada yang terkena HIPO.
Niat bangun pagi untuk berburu Sunrise, tapi faktanya kami
kesiangan. Boro-boro mau liat sunrise, wong solat subuh aja ndak bangun.
Hufftt!! Jangan ditiru yah guys..
Pagi kisaran pukul 7 kami packing kembali dan bergegas untuk
melanjutkan pendakian menuju Alun-alun Surya Kencana. Sesampainya, gue bengong!
GILA! Ini Gunung apa Pasar? RAMEE PISAAAAN wkwkwk.. kabarnya sih, memang lagi
open trip besar-besaran saat itu. Kalau gak salah ada sekitar 500 tenda di
Alun-alun Surya Kencana. Wow fantastis!
Kami kembali memasang fly sheet di Surya Kencana. Kami
berbagi tugas. Ada yang masak nasi, cemilan pisang goreng, masak sayur,
menggelar kertas nasi dan yang pasti mie instant menjadi menu favorit anak
gunung wkwkwk. Rasanya kurang afdol kalo nggak nyeduh mie.
Matahari memuncak, tapi kami belum sampai ke puncak. Alhasil,
setelah panas mulai meredup kami melanjutkan kembali perjalanan. Dari Alun-alun
Surya Kencana menuju puncak Gede. Kurang lebih satu hingga dua jam kami sampai.
Daaaaaaan.. ah, sama halnya di Surken, di puncak pun ramai.
Semua silih berganti memotret untuk mengabadikan. Tapi sayang, cuaca berkabut.
Jadi, kami tidak sempat melihat indahnya Puncak Mt.Gede. (kalau ada kesempatan
pingin balik lagi ah wkwk Aamiin).
Kami memutuskan lintas jalur. Naik via Putri, turun via
Cibodas. Naik hujan, turun pun hujan. Wah.. berkah banget ini mah. Setibanya di
Kandang Badak, kami memutuskan untuk memberi ruang napas sejenak. Ada yang
segera mengantri di kamar mandi, ada juga yang membuka cemilan yang masih
tersisa, dan ada juga yang bermain game di ponsel. Kamar mandinya gelap pisan! Gak ada lampu.
Jadi kita pakai senter atau headlamp. Airnya mah jangan ditanya, dingin
BANGET!
Usainya, kami pun melanjutkan kembali perjalanan. Kami
terpecah belah. Yang gue inget, gue turun bersama Bang Deni, Okta, Asep.
Begitu mendekati daerah Air Terjun, kaki mulai gemetar, lemas. Ingin sekali
menghentikan perjalanan. Tapi, si Bang Deni malah menarik lengan jas ujan gue.
Memaksa untuk tetap berjalan. sesekali Asep pun menyorotkan senter ke mata gue
“keren amat ini si Andin, jalan sambil merem.. wooy melek woyy”. Gue Cuma diem
ngegerutu dalem hati “berisik banget si Asep! Gua ngantuk sengantuk ngantuknya orang
ngantuk. Ini lagi si Deni, gue udah kepalang capek. Secapek-capeknya orang
capek.” Pingin nangis rasanya, kita sama sekali GAK BERHENTI! Padahal, di awal
kami semua sepakat, jika salah satu merasa lelah dan ingin beristirahat bilang
aja. Eh ini… gue ud bilang “ayo istirahat”. “tanggung, sebentar lagi nyampe kita”
hmmmmmmmm
Begitu sampai. Alhamdulillah!! Langsung gue jatohin aja badan
ke lantai, sambil menunggu yang lain belum sampai. Gak lama, ada petugas yang
mendapat kabar lewat semacam toki-toki kali yak.. yang suka di pakai saat
patrol, bentukannya mirip ponsel. Katanya, butuh bantuan untuk di atas, ada
lagi yang kena hipo. Ahh gue bersyukur, dalam rombongan semua dalam keadaan
sehat.
Setelah dua orang petugas naik dan menyusul. Ada seorang
bapak-bapak menghampiri dan menanyakan sebuah pertanyaan yang menurut gue,
kenapa harus ditanyakan. “sudah turun semua?”
“belum
pak, masih ada sebagian”
“paling
juga bentar lagi sampai. Tadi mendekati Air terjun, terus berjalan atau sempat
berhenti?”
“terus
jalan pak!”
“syukurlah.
Apa memang ada yang sudah ke sini sebelumnya?”
“beberapa
dari kami, sudah pernah menginjakkan kaki di puncak Gede pak.”
“oh..
pantas. Jadi sudah tahu ya.. kalau pada saat mendekati air terjun pendaki wajib
terus berjalan. sebab, mitosnya nanti akan bertemu setan keder, yang akan
membuat perjalanan 3 kali lipat dari perjalanan aslinya. Kalian hanya muter-muter
di situ aja. Padahal, merasa sudah melewatinya.”
(Oh.. pantesan.. gue dipaksa jalan
terus hehe.. tuh, jadi orang jangan langsung ambil kesimpulan sepihak. Tanya
dulu, pastiin. Dan gue sih percaya nggak percaya sebenernya. Akan tetapi, beberapa
pendaki pernah mengalaminya “katanya”).
Setibanya rombongan kami di Simaksi
Cibodas dan lengkap. Dengan badan yang masih lelah karna cukup menguras tenaga,
kami harus melanjutkan perjalanan lagi menuju Basecamp. Karna tak kuat lagi,
kami semua sepakat untuk naik ojek saja. kami tiba di basecamp sekitar pukul 01
dini hari. Jadi tengah malem, berada di tengah hutan wkwkwk.
“Mendakilah walaupun cuma
sekali. Pergilah ke gunung dan temukan jawabannya sendiri. Mengapa para pendaki
tidak ingin meninggalkan yang namanya mendaki.”
Oh ya, ini sengaja gue bikin video
tentang 24 pijakan kaki.. Selamat menyaksikan! (perlu ditekankan, gue bukan editor yang handal. cuma amatiran haha).
Terima kasih untuk yang sudah terlibat. Baik dalam proses
pendakian, maupun proses melengkapi perlengkapan juga peralatan. Hatur nuhun.
Komentar
Posting Komentar