MT. Kencana 1803 mdpl - Team Ajak Ijik


Cerita ini, berawal dari kami yang haus akan sebuah perjalanan. Dalam menyusuri  megahnya alam, yang telah Tuhan ciptakan. Sungguh Kenikmatan yang tiada bandingan. Memenuhi memory dalam ingatan sebelum mata terpejam, tak ada salahnya bukan? Untuk itu, kami senantiasa menyempatkan.

Ini adalah salah satu cerita dadakan, kaya tahu bulet dalam plastikan.
Penasarankan?
Cekidot!

MT. Kencana 1803 mdpl, Bogor. Gue sendiri lupa tepatnya tanggal berapa pas kami mendaki. Jadi, gue coba tanya tuh ke Dion, Hadi, juga Panjul. Siapa tau di antara mereka mengingatnya. Eh.. mereka jawabnya “kayaknya”, “kalo ga salah” dan “lupa”.

Ahh.. sudahlah, intinya saat itu September 2018. Gue sih orangnya kalo lagi kepingin, ya bakalan dilakuin haha.. Jangan mikir kemana-mana ya.. kalo lagi pingin nanjak, pasti dibela-belain. Gitu maksudnya. Ahh alam sungguh menggiurkan untukku!

Sebenernya, Team ajak-ijik itu gak Cuma kami berempat aja lho! Masih ada yang lain. Kalian bisa cek di Akun Instagram https://instagram.com/bocahkuy_advntr?utm_source=ig_profile_share&igshid=arkdzmv8d2sf sekalian di follow yah guys. Siapa tahu ketemu jodoh dari salah satunya hehehe..

Pendakian ke Mt. Kencana itu, entah memang kami berempat sedang free, atau kami yang memang memaksakan? Ah entahlah! Gue rasa tepat keduanya, “memaksakan untuk free, bisa jadi”. Menghabiskan waktu sama mereka semua tuh  serba dadakan sih. Asli dadakan tanpa perhitungan! Gak mikir di sana bakalan cerah atau hujan? Gak mikirin isi dompet menipis atau memang justru ketebalan? Gak mikirin siapa yang udah tau tempat tujuan? Kalo gas ya di gas. Kalo kuy ya kuy aja gitu wkwkwk.. Dan yang paling ngeselinnya tuh ya guys, kadang ngajakinnya gak liat aturan jam. Hadeuhhh..

Lo bayangin deh, tengah malem waktunya orang tidur, tiba-tiba ada chat masuk ke ponsel yang isinya Cuma “P”alias“Ping”. udah gitu beruntut? Istilah jaman now mah di “boom P”. Nah ini nih, kerjaan si Kang Joget Indomart. Gue lupa gak di silent. Dan posisi memang lagi melek mata guenya. Lama-lama kan, gue geregetan juga tuh, tengah malem ponsel bunyi, siapa coba yang ngechat, kerajinan?

Pas dibuka, Panjul ternyata. Gue kira ada info yang urgent gitu ya. Ehh begitu gue bales, “kenapa jul?” dia jawab apa coba?
“besok kuy nanjak yuk, ama bocah..”
“et ilah, gue kira ada yang genting jul..  jul..”
(Gue pastiin lagi tuh) “Besok atau ntar pagi nih?”
“Oia, ya.. sekarang udah pagi. Berarti kuy ntar pagi.”
“wagelaseh, yaudah ntar subuh gue kabarin, minta ijin dulu ke mamski.”
“oke.”

(Kebetulan Pak Komandan lagi tugas. Jadi, minta izinnya ke mamski. Biar nanti Mamski yang nyampein izinnya ke Pak Komandan hehehe).

Subuhnya, begitu Mamski bangun, gue langsung minta izin. “Mah, teteh hari ini mau nanjak ke Gunung Kencana. Boleh?”
“Di mana? Sama siapa? Kok ngedadak?”
“Masih Kota Bogor kok Mah. Deket puncak. Nanti tektok gak akan ngecamp. Ya boleh?”
“Sama siapa?”
“Biasa, Mamah kaya gak tau teteh pergi sama siapa aja deh.. kalo bukan sama bocah kuy siapa lagi? Dan kalo gak dadakan, bukan mereka namanya..”
“Hmmm..” kan teteh lagi PMS? Hari Pertama pula. Masih tetep mau nanjak?”
(Jadi, pas mau Solat Subuh, begitu ke kamar mandi ternyata gue PMS guys.. hmm)
“Ya.. kalo Mamah ijinin sih, teteh mau. Tapi, kok agak ragu juga ya Mah hehe..”
“Ya kalo ragu mending di rumah.”

(Buka gugel, ngulik tentang Wanita yang menanjak Gunung ketika sedang Haid. Sempat khawatir juga sih awalnya. Sebab, yang namanya darah kotor kan mengundang “mereka”. Udah gitu, yang namanya Gunung sudah pasti banyak Makhluk tak kasat mata. Akhirnya gue langsung ngabarin.)

“gue gak jadi ikut, sumbilangeun nih, hari pertama haid.”
“yakin ga mau ikut? Ntar nyesel..”
“Oh.. shit! Hmm sebenernya mau sih, tapii… ah elu mah bikin bimbang. Udah deh gue ga ikut dulu.”
“Yaudah, kapan-kapan lagi berarti.”
“berangkat jam berapa?”
“Jam 8 nan paling. Sambil nunggu bocah. Kalo udah kumpul semua, ya tinggal gas keun.”
“Oke!”

Selintas, langsung kepikiran Melisa. Temen ngeTrip saat mendaki Gunung Gede di Bulan April 2018. Dia pernah ke Gunung Kencana sebelumnya. Sambil liburan di rumah Nenek, ujarnya. Alhasil, gue coba chatting ke dia. Untuk menanyakan kondisi Si Kencana. Baik itu jalur trackingnya, Lama proses pendakiannya, maupun kondisi si pendakinya kalo lagi haid gimana.

Inti dari chattingan adalah bahwa yang namanya keyakinan ya justru dateng dari dalam sendiri. Bukan orang lain. Kalo diri kita ngerasa gak ngeganggu “mereka” dan yakin bahwa akan baik-baik saja di sana, yasudah. Lakukan saja! gue langsung liat jam. “hmm masih ada waktu, buat perjalanan gue dari rumah ke basecamp.” Ngomong dalam hati.

“gue jadi ikut! Tunggu. Langsung otewe, okay.”
“sip..”

Dan taraaaa… begitu gue sampai. Lah mana bocahnya coba? Kaga pada bisa ikut ternyata. Harusnya sih kalau memang menjunjung rasa tinggi kekompakkan, satu gak ikut semua gak ikut. Dan sebaliknya. Tapi, kami berpikir toh masih banyak waktu untuk pergi bersama. Dan masih banyak tempat untuk jadi cerita bersama. Mungkin, kali ini hanya kami berempat yang berkesempatan mewakili bocah kuy untuk bercerita. Jadi, kalo hari ini sempat. Ya sempatkanlah.. gausah tunda besok. Yang bisa silahkan ikut. Yang gak bisa, ya tunggu jejak berikut.

Kami berempat memutuskan untuk On The Way..

Dibantu maps gugel, masih saja kami berempat keder. Mencari gang sebelah kiri yang ada portal berwarnakan hitam putih (Menurut info dari Melisa). Beberapa kali kita naik turun puncak hahahaa.. agak sulit juga menemukan jalannya kalo belum pernah. Matahari pun kian meninggi, bergeser dari orbit yang sebelumnya ia tempati. Perjalanan terasa begitu panjang. Sebab kami hanya berputar tak kunjung menemukan. Setelah mengamati jalan perlahan dan kerapkali juga turun untuk menanyakan jalan, akhirnya sampai di portal. Melisa bilang, kalau sudah mendekati portal, jangan berhenti. Terus saja di gas motornya. Memang sial!  sudah berkeliling di bawah terik sinar matahari yang menghabiskan beberapa liter bensin mungkin. Ehh sekarang di palak sama penjaga yang berada dekat portal. Banyak yang bilang sih, ini semacam pungli alias “Pungutan Liar”. Siapa mereka? Motor kami saja tidak dijaga, tapi malah minta bayaran? Toh, ini juga jalanan umum. Bisa-bisanya mereka mengakuinya. Alhasil, mau tidak mau, salah satu dari kami harus turun, Dion berusaha mengajak bicara 4 mata. Mengajak negosiasi, berharap agar tak usah mengeluarkan sepeserpun. Namun,tetap saja si penjaga tetap mengharuskan dari kami untuk membayar. Ya sudah.. kami ikhlaskan uang kami melayang untuk mereka.

Perjalanan yang sempat terhenti, tak menyurutkan langkah kaki tuk melanjutkan sebuah misi. Pantang pulang sebelum menang. Eaakkkk.. jalan bebatuan memanjang membuat badan terasa pegal tak karuan. Motor kami sempat berhenti. Karna tak sanggup menahan beban. Padahal, tubuh kami berempat langsing alias kurus cungkring semua. Hadeuhh.. batu-batunya kerap kali menghadang roda motor. Seakan menjadi tantangan sendiri melewati obstacle demi puncak Kencana.

Meskipun begitu, Tuhan masih baik pada kami. Semesta menyuguhkan pemandangan yang begitu damai, sejuk dan segar untuk di pandang. Hijau memukau.. keasrian Negeri ini begitu terasa. Ahh rasanya ingin ku pindahkan semua kebun teh ini tepat di halaman Rumah wkwkwk..

            Gue seneng banget mengabadikan kebersamaan lewat tulisan. Karna, kalo di simpet di ingatan kadang lupa. Kadang juga iseng-iseng di edit jadi video sih, biar gak monoton aja. Kalian penasaran kan? Hehe.. eits, ini diluar ekspetasi. Editannya gak kaya orang-orang hahaaa.. gapapa lah ya.. hanya untuk mengabadikan. intinya ada cerita bersama mereka.. (tapi nanti, kalau ada waktu senggang mungkin diedit lagi. mungkin.. hehehe)

 

Terima kasih untuk semua yan sudah terlibat.. nggak akan ada cerita ini tanpa kalian. matur nuhun..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keep Moving My Dear🌻❤️

Tidung Island with Bocahkuy || Pantai

Kita Setara! Menjabat sebagai "Manusia"